Kamis, 31 Januari 2013

MACHINE S-1 ITN DRAG BIKE 2011

Sabtu, 28 Mei 2011

MACHINE S-1 ITN DRAG BIKE 2011


Himpunan Mahasiswa Mesin S-1 ITN Malang sukses menggelar MACHINE S-1 ITN DRAG BIKE 2011 untuk keempat kalinya. Drag Bike yang merupakan acara tahunan kali ini dilaksanakan di parkiran Stadion Luar Kanjuruhan Kepanjen pada hari Minggu, 15 Mei 2011.

drag_2011_1
Para Pembalap Yang Siap Melakukan Start
Acara kali ini berhasil diikuti sekitar 390 starter dari bebagai kota dan ditonton ribuan orang pengunjung. Padahal sehari sebelumnya ada acara serupa berupa drag bike yang dilaksanakan di Bojonegoro-Jawa Timur pada malam hari dan juga pada hari yang sama digelar acara serupa di Kudus-Jawa Tengah.
drag_2011_2
Antusiasme Penonton Yang Sangat Luar Biasa Untuk Menyaksikan Acara Drag Bike
drag_2011_3
Motor-Motor Drag Yang Sudah Siap Berkompetisi Pada Acara Drag Bike Ini
“Acara Drag Bike ini sudah menjadi semacam tradisi turun-temurun dari para anggota Himpunan Mahasiswa Mesin S-1 ITN Malang sebelumnya. Kebetulan periode ini adalah ytang keempat. Dua event sebelumnya dilaksanakan di Gadang dan dua di parkiran Stadion Luar Kanjuruhan Kepanjen,” ungkap Ketua Pelaksana.
Sebelum dilangsungkan di Kanjuruhan, acara Drag Bike ini berlangsung di by pass Gadang. Namun karena terminal Gadang sudah dipindah dan jalan tersebut menjadi akses utama angkutan umum ke terminal, maka ijin dari dinas perhubungan dan pihak kepolisian pun agak sulit didapat.
drag_2011_4
Pembalap - Crew Saat di Paddock Dan Sponsor-Sponsor Yang ikut Mendukung Acara Ini
“Lagi pula dibanding saat penyelenggaraan di Gadang, para pembalap mengaku lebih suka di Kanjuruhan. Rata-rata mereka menilai kualitas aspal dan lintasan, lebih layak di Kanjuruhan daripada di Gadang. Komentar tersebut kami dapatkan dari pembalap sendiri., usai menggelar drag pertama kali di Parkiran Stadion Kanjuruhan. Karenanya, kami pun sepakat untuk menggelar acara kali ini di tempat yang sama, yaitu Kanjuruhan,” kata salah satu panitia.
drag_2011_5
Penyerahan Salah Satu Tropy Juara Oleh Perwakilan HMM S-1 ITN Malang
Hasil Kejuaraan Machine S-1 ITN Drag Bike 2011

hasil_drag_2011_1
hasil_drag_2011_2

Upin Ipin Surya 12 Motoriders Drag Bike In Kanjuruhan

Upin Ipin Surya 12 Motoriders Drag Bike In Kanjuruhan

Yamaha Mio Solo 200 CC TEMBUS BEST-TIME 7,6 DETIK (201 M)

Yamaha Mio Solo 200 CC TEMBUS BEST-TIME 7,6 DETIK (201 M)


Fantastik. Demikian kata yang tepat menggambarkan perfoma Mio bore-up 200 cc garapan mekanik kenamaan asal Solo, Muhammad Arif Sigit Wibowo, akrab dipanggil Pele. Saat pagelaran Sukun Dragbike 2011 Purwodadi beberapa waktu lalu (19/6) mampu menorehkan waktu 7,6 detik untuk menu lintasan 201 meter. Dan saat digeber di even Surya 12 Surabaya tanggal 2 Juli lalu menorehkan waktu 7,7 detik. Alhasil, menjadi rekor terbaik saat ini di kelas matik s/d 200 cc.
Sekedar catatan saja, pacuan FFA yang rata-rata dengan kapasitas 300-350 cc bermain di torehan 7 detik hingga 7,3 detik. So, tidak terpaut jauh walau perbedaan kapasitas silinder begitu signifikan. Catatan otre, tuner Pele memang konsisten meriset kudabasi matik. Berbagai ujicoba dilakukan untuk mencapat output tenaga yang lebih baik.

“Saat ini ditemukan formulasi baru untuk desain camshaft. Paduan antara sudut buka-tutup klep masuk dan buang bermain di angka 64 dan 22 derajat. Jadi durasi ada pada 266 derajat,“ ujar Pele yang menggunakan noken as mentahan yang dipermak ulang dan mematok diameter klep 33 mm dan 28 mm untuk sisi in dan ex. Sebelumnya, durasi pada 255 derajat.

Sehubungan rumusan camshaft tersebut, ternyata berlangsung ubahan menyesuaikan pada bobot magnet standar yang dibubut hingga ditemukan optimal pada berat 675 gram. “Tenaga bawahnya lebih galak, juga top-speed makin beringas. Tinggal butuh insting joki untuk memahami karakter power, terlebih saat momen start,“ tukas Stephanus Nawir, joki asal Semarang yang juga adik kandung dragster senior, Eko Chodox.

Lebih lanjut ditelusuri, untuk penggunaan karburator Keihin PE 28, maka tidak seperti biasanya dilakukan reamer hingga diameter venturi menjadi 30 mm. Bicara pembesaran kapasitas silinder Yamaha Mio ini, maka digunakan piston Tiger oversize 275 (66,25 mm), sedang stroke tetap standar pabrik (57,9 mm). Alhasil, volume silinder mesin menjadi 199,4 cc dan tetap dalam limit regulasi. | ogy

CDI PROGRAMMABLE OPTIMAL DIBANDING FINO
Ketika dragbike matik kelas 200 cc ataupun FFA hadir dua tahun belakangan, maka kinerja otak pengapian atau CDI (Capacitor Discharge Ignition) bawaan Yamaha Fino (Thailand) diklaim lebih bertaji hingga banyak mekanik yang mengaplikasinya.
Termasuk hingga saat ini, masih banyak yang pede dengan CDI yang di pasaran dilepas dalam kisaran harga 800 ribu tersebut. Namun perkembangan lebih lanjut, jenis programmable dipastikan lebih baik.
Tentu saja, konteks ini mengacu pada kurve timing pengapian yang bisa diset sesuai keinginan dan dijamin lebih optimal mendongkrak power dalam berbagai tingkatan RPM mesin. Mengingat software mampu menset timing pengapian per 500 ataupun 250 RPM.
“Setelah melakukan riset berulang, pakai CDI Rextor Pro Drag yang DC atau arus searah lebih mantap di putaran bawah hingga atas. Justru saat menggunakan CDI Fino, tenaga atas kurang mulur,“ terang Pele yang pede dengan perbandingan kompresi 13,8 : 1 dan memang cukup lama bermain matik dibanding kiliker lainnya.
“Secara umum, timing pengapian tertinggi ada pada 37 derajat di RPM 9000. Di atas RPM 10 ribu ada di 35 derajat,“ tambah Pele yang pede dengan knalpot Kawahara K2.

SPEK KOREKAN 

PISTON : Tiger (66,25 mm), KARBURATOR : Keihin PE 28, MAIN JET : 125, PILOT JET : 40, ROLLER : 8 gram (6), CDI : Rextor (Pro Drag), KNALPOT : Kawahara K2.

Modifikasi Yamaha Mio, 2011 (Jakarta)


Modifikasi Yamaha Mio, 2011 (Jakarta)


YAMAHA MIO, TEMBUS 7,056 DETIK

Blar... blar... Itu suara galak dari knalpot Yamaha Mio geberan Ayip Rosidi dari MC Racing. Waktunya tembus 7,056 detik jarak 201 meter di kelas FFA pada Day Battle Pertamina Enduro-KYT Drag Bike di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jogja. Beberapa minggu lalu.

Turun di kelas FFA cukup mengandalkan mesin 340 cc. “Itu didapat dari penggunaan piston LHK yang punya diameter 71 mm,” jelas Miekeel, bos MC Racing yang senang karena juara 1.

Pada event garapan Trendypromo Mandira itu,  Yamaha Mio ini dibarengi dengan penggunaan kruk as kerbau baru buatan Thailand. “Punya stroke atau panjang langkah piston sampai 86 mm,” jelas Miekeel yang Mio-nya sudah ditawar Rp 65 juta, tapi belum dilepas. Mau berapa?

Paduan antara diameter piston 71 mm dan stroke 86 mm, bisa dihitung volume silindernya. Yaitu mencapai 340 cc. Paling penting lagi, untuk mengurangi gesekan, ring piston dikikis sampai kecil. Itu kerjaan mekanik Thailand lho.

Namun Mieekel tidak percaya begitu saja pada mekanik negeri Gajah Putih itu. Seperti klep isap 35 mm dan buang 30 mm. Asalnya menggunakan klep besi biasa. Oleh Mieekel malah diganti pakai material yang lebih ringan, menggunakan bahan titanium.

Aslinya klep ringan ini milik Suzuki RMZ450. Bandingkan dengan klep bawaan dari Thailand yang batangnya 5,5 mm aslinya punya mobil. Pasti berat.

Diameter intake juga aneh. Lubang inlet dibuat 35 mm. Sama dengan diameter klep isap dong? Iya, tapi bentuknya tidak lagi dibikin membulat. Tapi, oval seperti telur. “Pada sisi samping bosh klep dibuat melebar,” ucap pria endut yang menurunkan Mio 300 cc juga tapi tidak juara karena jump start.

Kawasaki Ninja ’08 Banyuwangi Super Kips Membuka Penuh 7,2 Detik

Kawasaki Ninja ’08 Banyuwangi Super Kips Membuka Penuh 7,2 Detik


Next Rascals Generation, itu nama baru penerus tim Green Boys, Banyuwangi yang dikomando oleh Alex PLN. Dia ini penguasa zona wilayah timur Jatim, untuk urusan arena karapan liar sekaligus drag resmi. Di tahun 2010, Alex mulai bangun lagi dari tidur panjangnya di arena karapan. Gacoan terbarunya dipilih dari Ninja lansiran 08.
Tipikal mesinnya kali ini pun tak main-main, full kompetisi dan ekstrem. Coba saja, blok silinder diaplikasi milik KRR-150 yang dilengkapi dengan tekhnologi Super Kips. 
Sedianya extra port dan katup buang yang ada di super Kips juga dimanfaatkan sebagai pengatur terbuangnya gas sisa pembakaran, oleh Alex dijadikan kiblat konsep korekan.
 

Sebab, katup Super Kips dibuka penuh dan dibuat paten. Tuas serta cam sentrifugal dalam gigi primer dilepas.
 

Kondisi mesin demikian ini, siklus gas buang lebih cepat terbuang. Dari sini Alex memainkan peranan part racing dan meramu korekan. Dengan demikian debit gas segar dan rpm mesti ditingkatkan.
 

Suplai gas segarnya dipercayakan Mikuni TM 34 mm. So, plendes dudukan joint karbu dan rumah membran mesti dibuat ulang dari diral. “Dimanfaatkan sebagai pengatur sudut venturi karbu agar lebih menukik,” terang Alex yang mengklaim Ninja korekannya mampu menembus 7,2 detik di 201 meter.
 

Di sektor reed valve atau membrannya, Alex mempercayakan produk V-Force III aktif. Dan diteruskan polesan intake manifold, sesuai dengan kontur orsinya. Porting dalam blok silinder juga turut dibenahi, untuk memaksimalkan suplai gas segar.
 
Lubang bilas didesain mengerucut, besar dibawah dan diatas standar. Lewat remeran lubang bilas bagian bawah keliling 3,5 mm, makin ke dalam lebih tipis yang digerus bor tune.
 

Sementara tinggi lubang transfer dinaikkan 2,5 mm, untuk memperlama bukaan lubang transfer tertutup piston, saat mensuplai gas segar ke silinder. Kala dikompresikan pada silinder cop yang memiliki perbandingan kompresi 13,5 : 1.
 

Konsekuensi angka perbandingan kompresi ini diperhitungkan sesuai dengan tipikal lubang buang yang makin besar.
 

“Itu saja mesti diimbangi pengapian spesial engine YZ-125 versi 07, ” yakin Alex. Jadi power produktif yang dicapai dengan kondisi korekan saat ini, dapatnya cuman diatas. Sehingga jilatan api busi, klop nya disulut dengan program CDI assy YZ-125.
 

Untuk mempertahankan torsi mesin di rpm tinggi juga penting, kalau meninjau kontur lubang buang dan extra port yang tak kini dibendung katup Super Kips. Pasal itu, fly wheel gigi primer Alex mematok dengan bobot 600 gram.
 

Diteruskan pemakaian knalpot Scorpion bertipikal mampat dilevel top speed. “Ciri khas bisa dilihat pada sudut tajam leher knalpot sebelum ke diffuser,” tunjuknya.

Nah dari tipikal mesin yang optimal di gasingan tinggi ini, gigi rasio 3 diriset ulang. Dari standarnya 26-20, dijadikan 26-19. “Agar power dan speed yang keluar dari gigi 2, saat dioper ke 3 nggak ngedrop duluan. Jadi sifatnya langung mengkail power dan rpm naik lembut, ” terangnya berapi-api.


SPESIFIKASI
 
Pengapian: Special engine YZ-125; Karbu : Mikuni TM 34 mm; Knalpot : Model Scorpion Handmade;  Membran : V-Force III; Fly wheel: 600 gram; Gigi rasio : 3(26-19); Blok silinder: Kawasaki KRR-150 with super kips

RXZ’ 98 RASIO OVERPOWER SABET 7,5 DETIK

RXZ’ 98 RASIO OVERPOWER SABET 7,5 DETIK


Perfoma Yamaha RXZ tim Pamungkas Speed asal Sleman, Jogjakarta ini boleh diplot terkencang saat ini. Tentu saja, mengacu pada prestasi yang diukir sang joki, Muslih Wuri dalam kelas Sport 2 Tak Tune Up s/d 140 cc ataupun saat ikutan bermain di Sport 2 Tak Tune Up s/d 155 cc. Terbukti catatan waktu yang ditorehkan bermain di angka spesial 7,5 hingga 7,6 detik dalam menu lintasan 201 meter.
Diinvestigasi lebih lanjut sebagai salah satu rahasia settingan, maka hitungan perbandingan rasio tergolong nyeleneh dibanding yang lain. Utamanya rasio I dan II yang mengaplikasi angka 30-16 (1,87) dan 31-22 (1,40).

“Jadi ini buatan lokal, bukan rasio Malaysia atapun milik YZ 250 lawas yang banyak dipakai tim-tim yang bermain dengan RXZ. Intinya dibuat lebih berat lagi karena kelebihan power,“ terang Pamungkas, akrab disapa Ndawir yang bermarkas di Jl. Kaliurang Km. 13 Jogjakarta.

Angka rasio menentukan handling dragster. Jika memang menyulitkan harus diramu ulang. Perlu dipahami, rasio tersebut merupakan gawean Win’s Racing yang berbasecamp di Jl. Raya Jogja-Magelang, Pabelan. Sebagai komparasi saja, rasio Malaysia untuk I ialah 31-14 (2,21) dan II nya 31-21 (1,47). Silahkan cermati angka yang ada dalam kurung. Semakin kecil, maka karakter powernya semakin berat dan sebaliknya jika makin besar dipastikan lebih responsif.

Seterusnya untuk rasio III (25-20), IV (24-22) dan V (23-23) sama saja dengan rasio Malaysia. Hanya rasio VI yang berbeda dimana diadopsi 22-24 (0,91), sedang produk Malaysia 27-25 (1,08). Lagi-lagi, memiliki ciri perbandingan yang lebih berat. Cerita masalah rasio, tentu saja merupakan langkah akhir dari urusan korek mesin.  Terutama setelah mengupgrade ruang bakar, termasuk kompresi.

Dalam konteks ini, perlu juga dipahami rahasia dapur pacu dua topik tersebut. Mulai dengan exhaust yang tingginya dibuat 25,5 mm dari bawaan asli yang 29 mm. “Bentuknya mirip kepunyaan YZ 85 seperti kipas. Untuk transfer 41,5 mm,“ ujar Ndawir yang menggunakan pula kopling house YZ 85 dengan dukungan 5 per dibanding
RXZ yang 4 buah.

“Efek lubang buang ini, topspeed selalu isi. Ini yang menjadi nilai lebih RXZ saya,“ timpal Muslih Wuri bisa dikontak di HP 08159419989 dan 081392987988. Pengapian all-in menggunakan Yamaha YZ 125 lansiran 2002. “Agar lebih baik dalam akselerasi, maka timing digeser 18 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas). Titik ledak lebih maju,“ tambah Ndawir yang pede dengan perbandingan kompresi 9 : 1 dimana volume ruang bakarnya 10,9 cc. | ogy

SPEK KOREKAN :
KARBURATOR : Keihin PWM 38 MAIN JET : 150 PILOT JET : 55 PISTON : Oversize 100 PENGAPIAN : YZ 125 (2002) KOPLING HOUSE : YZ 85 KNALPOT : AHM FINAL GEAR : 13-40 (201 M)

VSC Dgbike & DragRace’11 Jogja SAATNYA PISAHKAN LEVEL DRAGSTER

VSC Dgbike & DragRace’11 Jogja SAATNYA PISAHKAN LEVEL DRAGSTER


Dua hajatan dragbike yang sudah berlalu di wilayah Jateng-DIY (Kebumen & Jogjakarta) terbukti cukup diminati sekitar 160-180 petarung saja. Sesuatu yang aneh, karena selama ini identik di atas 300 starter, bahkan beberapa kali menembus 500 dragster.


“Tingginya intensitas penyelenggaraan seharusnya diikuti dengan regulasi terobosan yang berupaya merangsang pelaku anyar,“ terang Drs. Najib M Saleh dari Venture Sport Club sebagai penyelenggara gelaran bertajuk VSC Dragbike & Dragrace 2011 yang dipentaskan di lintasan Maguwoharjo, Sleman, Jogjakarta (23-24 April).

Gagasan baru yang bersifat mengakomodir pemula harus setia direalisasi. Jangan sampai setengah-setengah alias timbul-tenggelam. “Pemula kunci keberlangsungan dragbike dibanding yang muka-muka lama,“ tutur Eko Chodox dari pasukan Alifka Motor Mbanter.

Misal Pengprov IMI Jatim tegas membatasi jumlah kelas yang diikuti seorang peserta untuk memberikan kesempatan pada yang lain. Sayang, masih berlaku di Jatim saja. Sedangkan di wilayah DIY, beberapa promotor merefresh dengan menghadirkan kategori Bebek 4 Tak Standar s/d 150 cc (amatir).

Jadi memang diperuntukkan untuk mereka yang belum pernah juara. Alhasil, bagi yang pernah juara di kelas ini, tidak diperbolehkan lagi bermain pada kompetisi berikutnya. Saat VSC Dragbike ambil bagian lebih dari 30 starter.

Di area Jatim, nuansa yang sama justru lebih variatif dengan pengadaan kelas-kelas 4 tak 110 cc, 125 cc dan bebek 2 tak 115 cc. Sayang di Jateng, DKI Jakarta-Jabar belum tersosialisaikan. So, masih belum ada keseragaman.

Seharusnya dicontoh. Sampai disini, persaingan antar mereka yang belum pernah jawara tadi, jelas sangat bermanfaat dan harus selalu disajikan. Tentu saja selain kelas-kelas beraroma standar lainnya, macam Sport 2 Tak s/d 155 cc (rangka standar), OMR Satria FU atau Bebek 2 Tak s/d 116 cc.

“Tiga kelas tersebut inipun bisa saja menjadi bumerang hingga semakin sepi jika tidak disikapi lebih lanjut,“ analisa Sonny Waspodo sebagai pimpinan lomba, juga penasehat Pengprov IMI DIY. Pembalap anyaran akan malas bertanding jika yang menang itu-itu saja yang notabene dragbiker senior macam Eko Chodox, Antonius Petruk, Bowo Cheetah, Taufik Omphonk, Dadang Handaru, Danang Che-DuckZ, Deny Wel-Wel dan lainnya.

Bukan rahasia umum pula, sudah saatnya PP IMI mengeluarkan pemisahan level antara seeded dan pemula.

KHUSUS KOMPETISI LOKAL DIY (DRAGRACE)         
Pada bagian lain dilakukan supporting-race yaitu drag mobil pada Sabtu (23/4) yang diramaikan 50 peserta lokal Jogjakarta. Lima kelas dipertandingkan dan menarik dicermati sehubungan mulai tumbuhnya kembali animo dragrace di wilayah kota gudeg ini.

“Memang event ini hampir seratus persen petarung Jogja. Jadi pertarungan local-hero juga, “ujar Yudha RDV yang sukses menjuarai kelas 2.5 (Sedan 4 cylinder s/d 2500 cc) dan ke IV di 2.1 (Sedan s/d 1700 cc) karena mengalamai problem pada kinerja kampas kopling.

Anyway, selama ini terbukti kurang bergairah sebagai efek belum tersedianya sirkuit yang representatif. “Sirkuit Maguwo, Sleman ini saja masih kurang baik karena fasilitas mobil untuk kembali ke paddock ataupun start kembali harus melalui jalur utama, “tegas Drs. Najib M Saleh, menegaskan bahwa banyak pembalap asal Semarang dan Surabaya yang memilih absen disini untuk persiapan Kejurnas Dragrace, Juanda, Surabaya dalam beberapa hari ke depan (31/4). | ogy

gbike & DragRace’11 Jogja SAATNYA PISAHKAN LEVEL DRAGSTER


Dua hajatan dragbike yang sudah berlalu di wilayah Jateng-DIY (Kebumen & Jogjakarta) terbukti cukup diminati sekitar 160-180 petarung saja. Sesuatu yang aneh, karena selama ini identik di atas 300 starter, bahkan beberapa kali menembus 500 dragster.


“Tingginya intensitas penyelenggaraan seharusnya diikuti dengan regulasi terobosan yang berupaya merangsang pelaku anyar,“ terang Drs. Najib M Saleh dari Venture Sport Club sebagai penyelenggara gelaran bertajuk VSC Dragbike & Dragrace 2011 yang dipentaskan di lintasan Maguwoharjo, Sleman, Jogjakarta (23-24 April).

Gagasan baru yang bersifat mengakomodir pemula harus setia direalisasi. Jangan sampai setengah-setengah alias timbul-tenggelam. “Pemula kunci keberlangsungan dragbike dibanding yang muka-muka lama,“ tutur Eko Chodox dari pasukan Alifka Motor Mbanter.

Misal Pengprov IMI Jatim tegas membatasi jumlah kelas yang diikuti seorang peserta untuk memberikan kesempatan pada yang lain. Sayang, masih berlaku di Jatim saja. Sedangkan di wilayah DIY, beberapa promotor merefresh dengan menghadirkan kategori Bebek 4 Tak Standar s/d 150 cc (amatir).

Jadi memang diperuntukkan untuk mereka yang belum pernah juara. Alhasil, bagi yang pernah juara di kelas ini, tidak diperbolehkan lagi bermain pada kompetisi berikutnya. Saat VSC Dragbike ambil bagian lebih dari 30 starter.

Di area Jatim, nuansa yang sama justru lebih variatif dengan pengadaan kelas-kelas 4 tak 110 cc, 125 cc dan bebek 2 tak 115 cc. Sayang di Jateng, DKI Jakarta-Jabar belum tersosialisaikan. So, masih belum ada keseragaman.

Seharusnya dicontoh. Sampai disini, persaingan antar mereka yang belum pernah jawara tadi, jelas sangat bermanfaat dan harus selalu disajikan. Tentu saja selain kelas-kelas beraroma standar lainnya, macam Sport 2 Tak s/d 155 cc (rangka standar), OMR Satria FU atau Bebek 2 Tak s/d 116 cc.

“Tiga kelas tersebut inipun bisa saja menjadi bumerang hingga semakin sepi jika tidak disikapi lebih lanjut,“ analisa Sonny Waspodo sebagai pimpinan lomba, juga penasehat Pengprov IMI DIY. Pembalap anyaran akan malas bertanding jika yang menang itu-itu saja yang notabene dragbiker senior macam Eko Chodox, Antonius Petruk, Bowo Cheetah, Taufik Omphonk, Dadang Handaru, Danang Che-DuckZ, Deny Wel-Wel dan lainnya.

Bukan rahasia umum pula, sudah saatnya PP IMI mengeluarkan pemisahan level antara seeded dan pemula.

KHUSUS KOMPETISI LOKAL DIY (DRAGRACE)         
Pada bagian lain dilakukan supporting-race yaitu drag mobil pada Sabtu (23/4) yang diramaikan 50 peserta lokal Jogjakarta. Lima kelas dipertandingkan dan menarik dicermati sehubungan mulai tumbuhnya kembali animo dragrace di wilayah kota gudeg ini.

“Memang event ini hampir seratus persen petarung Jogja. Jadi pertarungan local-hero juga, “ujar Yudha RDV yang sukses menjuarai kelas 2.5 (Sedan 4 cylinder s/d 2500 cc) dan ke IV di 2.1 (Sedan s/d 1700 cc) karena mengalamai problem pada kinerja kampas kopling.

Anyway, selama ini terbukti kurang bergairah sebagai efek belum tersedianya sirkuit yang representatif. “Sirkuit Maguwo, Sleman ini saja masih kurang baik karena fasilitas mobil untuk kembali ke paddock ataupun start kembali harus melalui jalur utama, “tegas Drs. Najib M Saleh, menegaskan bahwa banyak pembalap asal Semarang dan Surabaya yang memilih absen disini untuk persiapan Kejurnas Dragrace, Juanda, Surabaya dalam beberapa hari ke depan (31/4). | ogy

gbike & DragRace’11 Jogja SAATNYA PISAHKAN LEVEL DRAGSTER


Dua hajatan dragbike yang sudah berlalu di wilayah Jateng-DIY (Kebumen & Jogjakarta) terbukti cukup diminati sekitar 160-180 petarung saja. Sesuatu yang aneh, karena selama ini identik di atas 300 starter, bahkan beberapa kali menembus 500 dragster.


“Tingginya intensitas penyelenggaraan seharusnya diikuti dengan regulasi terobosan yang berupaya merangsang pelaku anyar,“ terang Drs. Najib M Saleh dari Venture Sport Club sebagai penyelenggara gelaran bertajuk VSC Dragbike & Dragrace 2011 yang dipentaskan di lintasan Maguwoharjo, Sleman, Jogjakarta (23-24 April).

Gagasan baru yang bersifat mengakomodir pemula harus setia direalisasi. Jangan sampai setengah-setengah alias timbul-tenggelam. “Pemula kunci keberlangsungan dragbike dibanding yang muka-muka lama,“ tutur Eko Chodox dari pasukan Alifka Motor Mbanter.

Misal Pengprov IMI Jatim tegas membatasi jumlah kelas yang diikuti seorang peserta untuk memberikan kesempatan pada yang lain. Sayang, masih berlaku di Jatim saja. Sedangkan di wilayah DIY, beberapa promotor merefresh dengan menghadirkan kategori Bebek 4 Tak Standar s/d 150 cc (amatir).

Jadi memang diperuntukkan untuk mereka yang belum pernah juara. Alhasil, bagi yang pernah juara di kelas ini, tidak diperbolehkan lagi bermain pada kompetisi berikutnya. Saat VSC Dragbike ambil bagian lebih dari 30 starter.

Di area Jatim, nuansa yang sama justru lebih variatif dengan pengadaan kelas-kelas 4 tak 110 cc, 125 cc dan bebek 2 tak 115 cc. Sayang di Jateng, DKI Jakarta-Jabar belum tersosialisaikan. So, masih belum ada keseragaman.

Seharusnya dicontoh. Sampai disini, persaingan antar mereka yang belum pernah jawara tadi, jelas sangat bermanfaat dan harus selalu disajikan. Tentu saja selain kelas-kelas beraroma standar lainnya, macam Sport 2 Tak s/d 155 cc (rangka standar), OMR Satria FU atau Bebek 2 Tak s/d 116 cc.

“Tiga kelas tersebut inipun bisa saja menjadi bumerang hingga semakin sepi jika tidak disikapi lebih lanjut,“ analisa Sonny Waspodo sebagai pimpinan lomba, juga penasehat Pengprov IMI DIY. Pembalap anyaran akan malas bertanding jika yang menang itu-itu saja yang notabene dragbiker senior macam Eko Chodox, Antonius Petruk, Bowo Cheetah, Taufik Omphonk, Dadang Handaru, Danang Che-DuckZ, Deny Wel-Wel dan lainnya.

Bukan rahasia umum pula, sudah saatnya PP IMI mengeluarkan pemisahan level antara seeded dan pemula.

KHUSUS KOMPETISI LOKAL DIY (DRAGRACE)         
Pada bagian lain dilakukan supporting-race yaitu drag mobil pada Sabtu (23/4) yang diramaikan 50 peserta lokal Jogjakarta. Lima kelas dipertandingkan dan menarik dicermati sehubungan mulai tumbuhnya kembali animo dragrace di wilayah kota gudeg ini.

“Memang event ini hampir seratus persen petarung Jogja. Jadi pertarungan local-hero juga, “ujar Yudha RDV yang sukses menjuarai kelas 2.5 (Sedan 4 cylinder s/d 2500 cc) dan ke IV di 2.1 (Sedan s/d 1700 cc) karena mengalamai problem pada kinerja kampas kopling.

Anyway, selama ini terbukti kurang bergairah sebagai efek belum tersedianya sirkuit yang representatif. “Sirkuit Maguwo, Sleman ini saja masih kurang baik karena fasilitas mobil untuk kembali ke paddock ataupun start kembali harus melalui jalur utama, “tegas Drs. Najib M Saleh, menegaskan bahwa banyak pembalap asal Semarang dan Surabaya yang memilih absen disini untuk persiapan Kejurnas Dragrace, Juanda, Surabaya dalam beberapa hari ke depan (31/4). | ogy

Modifikasi Suzuki Satria FU150 Drag Bike

Modifikasi Suzuki Satria FU150 Drag Bike



Tim Tebu, tapi motretnya latar belakang pohon pisang, hahaha...

Salut, bisa hidup di dua alam, tapi bukan amfibi apalagi alam baka. Ini Suzuki Satria FU milik Tim Tebu Balap dari Jember, Jawa Timur  yang juara Surya 12 Dragbike Championship (S12DC) Lumajang, Jawa Timur di kelasnya. Iya, dua kelas berbeda 2-tak dan 4-tak. Yup..tim yang disponsori H.Marzuki wakil ketua DPRD Jember ini, juara di bebek standar 4-tak 150 cc lokal dan bebek 2-tak 116 cc
Wah jadi bingung, apa maksudnya reporter baru from Suroboyo iki? Mana ada FU yang 4-tak ikutan di 2-tak. Lacak punya lacak, ternyata doski mengirim dua naskah modif dragbike, satunya FU yang satunya lagi Yamaha F1-ZRItu yang dimaksud dua alam tadi, karena dua-duanya juara. Supaya tidak bingung seperti reporter itu, ceritanya FU 150 dulu. GS 
PiICK-UP COIL DIPAPAS 

Magnet standar
Kelas Bebek Standar 150 cc, persis OMR Suzuki Satria FUPesertanya pake FU semuaRegulasinya membatasi pergantian part racingSo mekanik gak bisa main ganti-buang seenaknya. Makanya, pengapian diramu lewat manipulasi limiternya yang tepat. Waktu maen  di Lumajang, FU ini g tercepat. Time-nya 9,743 detik dikebut Munir Junior dan digeber Dedi Kenceng 10,181 detik. Kenceng kok, malah lebih pelan dari Munir. 
“Saya pemilik tim Tim Tebu!” seru Kenceng. Iya pak, kenceng, walau pelan. Hehehe, katanya, spek motor sama dengan peserta lain. Cuma limeternya dimainkan secara konvensional. Zaman sekarang kan sudap pada pake mapping. Tinggal tombol-tombol saja yang digeser-geser untuk memaju mundur pengapian tersebut. 
Yang ini, pick-up coil  diutak-atik biar limit rpm lebih panjang. Lilitan pengirim sinyal ke CDI itu dipotong 2 mm pada bagian depan. Itu tanpa mengorbankan bobot 

Metal dan dua kem, sikit dilibas
magnet yang dibaca pick-up.  Hhmm…pantesan saat di Lumajang, perpindahan tiap gigi gak ada mbrebetnya
Pengapian yang lebih maju itu, cocoknya memercik kompresi yang dipadatkan sampai 13,5:1. Perbandingan itu didapat setelah memangkas kepala silinder 2 mm. Tentu saja dipangkas dengan pisau bubut, bukan gergaji, apalagi golok. Kalau yang terakhir itu  khusus memangkas tebu yang jadi nama tim FU ini.   
Sandra Halet selaku koki mesin bercerita dengan logad Jowo Timur yang kental. Katanya, pemangkasan 2 mm termasuk banyak. Untuk itu, harus mengatur ulang desain ruang kepala silinder bersama piston. Jika tidak, “Isi dalam head berubah jadi tebu pahit,” canda Sandra yang bermarkas di desa Paleran - Umbulsari Jember, Jatim itu.
Hahaha, bapak bisa melawak juga. Lanjut ah, kompresi dan pengapian tanpa diumpan bahan bakar, jelas akan tandus. Suplai bahan bakar pada 4- tak ditentukan desain kem atau noken-as 

Korek terus
alias poros bubungan. Sementara, kelas ini dilarang ganti. Yang ada boleh ‘merusak’ dua kem FU dan kemabli diperbaiki  sudut-sudut (lobe) kem. Tujuannya maksimal mengangkat klep lama-lama memberi kesempatan pada bahan bakar masuk dan secepatnya tertutup. 
 Langsung saja Mas Sandra membawa dua noken-as ke tukang bubut.“Noken dibubut 2 mm untuk klep minyak dan api,” imbuh Sandra yang maksudnya untuk in dan ex. In pada zaman Belanda disebut jalur bensin dan ex adalah api. Tetapi, Sandra berubah jadi seperti orang triping, ketika ditanya hasil akhir derajat kem. Maksudnya, doski geleng kepala, tidak mengerti soal derajat. Yang penting hasilnya juara.
DATA MODIFIKASI SATRIA FU 150
Piston                                     : Standart Satria F modif
Klep dan Per                         : Standart Satria F
Magnet                                   : Standar
Kampas kopling                   : Asli
Per kopling                            : Suzuki Smash
Karbu                                     : Standar korek
Main-jet                                  : 130
Pilot-jet                                   : 25
Reduksi akhir                       : 13-44
Knalpot                                  : Standar modif
Pelek dan ban depan         : 1.20-17 ban Swallow
Pelek dan ban belakang    : 1.60-17 ban Eat my dust


ACHILLES CORSA D2 (Drag Race-Drag Bike) Seri Ke-3 SENTUL 13-14 Oktober 2012

ACHILLES CORSA D2 (Drag Race-Drag Bike) Seri Ke-3 SENTUL 13-14 Oktober 2012



Indonesia Drag - ACHILLES CORSA D2 (Drag Race-Drag Bike) SENTUL 13-14 Oktober 2012" PT Multistrada Arah Sarana Tbk. sebagai produsen ban kelas dunia, diselenggarakan pada 13-14 okt 2012 di Sentul International Circuit bertajuk "ACHILLES CORSA D2 (Drag Race-Drag Bike) 2012". Total hadiah uang yang diperebutkan untuk seri ke-3 kali ini adalah Rp 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah).

  • ACHILLES DRAG RACE
Kelas-kelas yang akan diperlombakan dikelompokkan sesuai dengan waktu tempuh yang ditentukan oleh peserta (bracket time). Kelas berdasarkan waktu tempuh 402 M:
    1. Kelas FFA (Waktu tempuh s/d 11,999 detik)
    2. Kelas 12 Detik (Waktu tempuh 12,000 s/d 14,000 detik)
    3. Kelas 13 Detik (Waktu tempuh 13,000 s/d 15,000 detik)
    4. Kelas 14 Detik (Waktu tempuh 14,000 s/d 16,000 detik)
    5. Kelas 15 Detik (Waktu tempuh 15,000 s/d 17,000 detik)
    6. Kelas 16 Detik (Waktu tempuh 16,000 s/d 18,000 detik)
    7. Kelas 17 Detik (Waktu tempuh 17,000 s/d 19,000 detik)
    8. Kelas 18 Detik (Waktu tempuh 18,000 s/d 20,000 detik)
    9. Kelas 19 Detik (Waktu tempuh 19,000 s/d 21,000 detik)
  • CORSA DRAG BIKE 201 M
Pada Dragbike, Jarak Tempuh yang diperlombakan HANYA UNTUK 201 METER saja, dengan kelas-kelas sebagai berikut:
    1. Campuran 4 tak s/d 250 cc OMR Seri Corsa
    2. STU s/d 140 cc
    3. STU s/d 155 cc
    4. FFA s/d 250 cc
    5. FFA (Termasuk Matic)
    6. Bebek 2 Tak TU s/d 125 cc
    7. Bebek 4 Tak TU s/d 125 cc
    8. Matic 200 cc
    9. Matic 150
    10. Bebek 4 Tak 200 cc
    11. Sport 2 Tak 150 cc F STD
Tambahan untuk kelas drag bike perdaftaran sdh termasuk Tempat dan lokasi memakai tenda .
Untuk Drag Bike seri ini satu motor bisa di ikuti max 3 peserta di dalam satu kelas serta pesertanya bisa terus sampai ke final tidak akan di gugurkan .

Untuk informasi dan pendaftaran, dapat menghubungi Sekretariat di bawah ini:
Divisi Racing Sentul Circuit
Tel. (021) 87951138 / 87951080 (Sdr. Edo) atau sms 081388086098 telp di atas jam 10 siang
Fax. (021) 87951114

Untuk pendaftaran mobil Rp 350.000
Tenda untuk mobil Rp 450.000
Motor Rp 300.000

Untuk pemesanan tenda bisa booking terlebih dahulu dgn menghubungi ke sdr edo , no telp di atas . untuk uang pendaftaran dan tenda bisa langsung bayar di sentul tgl 13 okt atau bayar ke warung solo . untuk no telp warung solo bisa tanya ke sentul .
Perhatian : kelas 11 detik untuk mobil sdh tidak ada lagi . terima kasih